TRADISI SUNATAN SASAK LOMBOK

Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tulisan mengenai tradisi bejaranan yang ada di desa ketangga kecamatan suela Lombok timur. Bejaranan diambil dari kata jaran yang dalam bahasa Indonesia berarti kuda jadi bejaranan artinya berkuda. Bagi desa lain bejaranan di sebut juga beponggo-an. Beponggoan sendiri berasal dari kata ponggo’ yang beratri memilkul karena jaran atau kuda ini dibawa dengan cara dipikul oleh empat orang dalam satu jaran dan orang yang memikul jaran ini biasa disebut pelembar atau tukang pelembar. Jaran ini sendiri terbuat dari kayu. Jenis kayu yang biasa digunakan adalah kayu rope dan rangdu karena kayu tersebut ringan. Bejaranan sendiri dilakukan pada acara sunatan dan acara perkawinan. Namaun tidak semua acara sunatan dan kawinan melakukan acara bejaranan mungkin karena tidak semua masyarakat yang ingin melakukannya dan ini bukan suatu keharusan dalam acara tersebut dan hanya suatu kesenagan saja  bagi orang yang mempunyai rizki berlebih.

Acara bejaranan ini bertujuan untuk menghibur anak yang akan disunat atau dikhitan, dan dilakuakn sebelum acara khitanan dilakukan dan itu dilakukan supaya anak yang akan disunat tidak takut. Biasanya dalam acara bejaranan ini jaran akan diiringi oleh gamelan atau gendang beleq. Namun seiring dengan perkembangan zaman bejaranan juga diiringi musik sasak kontemporer seperti kecimol dan sebagainya. Dalam bejaranan dikenal dengan istilah peraja yaitu orang yang menunggang jaran atau penunggang jaran dan kegiatan bejaranannya dalam bahasa ketangga disebut beralu. Bejaranan ini dulunya tidak diperuntukan untuk anak-anak yang akan disunat/dikhitan saja tapi juga diperuntukkan untuk pengantin yang baru menikah sebagai pengganti nyonkolan. Namaun sekarang bejaranan untuk pengantin baru sudah jarang dilakukan, mungkin karena pengatin sekarang malu untuk melakukanya. Yang mau menonton videonya sliahkan klik disini.

Matur tampi asih